LIGAPROFIT – Ini 5 Alarm Darurat Krisis Pendidikan Di Momen Hardiknas: Bacaan Salah, Hitungan Lupa, Tak Tahu Fakta Umum.

Krisis pendidikan di Indonesia, perlu mendapatkan perhatian khusus. Apalagi setiap tanggal 2 Mei, kita semua merayakan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), sebuah momentum penting untuk merenungkan dan mengevaluasi sejauh mana sistem pendidikan kita telah berkembang.

Bagaimanapun juga pendidikan adalah kunci untuk menciptakan generasi yang mampu beradaptasi dengan perubahan zaman serta mampu menciptakan dan memanfaatkan kemajuan teknologi. Namun, dalam memperingati Hardiknas 2025, kita harus menghadapi kenyataan yang mencemaskan: banyak anak sekolah, khususnya di tingkat SMA, yang kesulitan dalam membaca, berhitung, bahkan menjawab pertanyaan-pertanyaan umum dasar  yang seharusnya mereka kuasai. Mirisnya, mereka lebih gemar bermain medsos dibandingkan penasaran dengan ilmu pengetahuan.

Menurut laporan dari World Bank, lebih dari 50% anak-anak di negara berpenghasilan rendah dan menengah tidak dapat membaca dan memahami teks pendek yang sesuai dengan usia mereka pada akhir sekolah dasar.

Fenomena ini bukan hanya masalah individu, tetapi menggambarkan adanya krisis dalam sistem pendidikan kita. Jika tidak segera ditindak, masa depan pendidikan Indonesia mungkin, bisa saja terancam.

ADVERTISEMENTS



5 Alarm Darurat yang Menandakan Adanya Krisis Pendidikan.

ADVERTISEMENTS



1. Rendahnya Kemampuan Literasi Dasar

Penyebab pertama krisis pendidikan adalah kemampuan membaca. Apalagi Kemampuan membaca merupakan fondasi utama dalam pendidikan. Namun, data dari OECD menunjukkan bahwa Indonesia memiliki salah satu persentase tertinggi orang dewasa berusia 25-64 tahun yang memiliki pendidikan kurang dari tingkat dasar, yaitu 12,7% . Hal ini mencerminkan tantangan besar dalam membangun budaya mencintai literasi sejak dini. Apalagi, masih sangat jarang orangtua yang membiasakan anaknya gemar membaca sejak kecil.

Krisis pendidikan anak sekolah

ADVERTISEMENTS



2.  Lemahnya Kemampuan Matematika Dasar

Selain masalah literasi, krisis pendidikan anak sekolah juga dipengaruhi oleh keterampilan numerasi, atau kemampuan berhitung dasar, juga menunjukkan angka yang memprihatinkan. Dalam ujian internasional yang dilakukan oleh PISA , Idonesia menempati posisi yang sangat rendah dalam hal matematika. Di banyak sekolah, siswa tidak mampu menyelesaikan soal matematika sederhana, bahkan pada level dasar. Padahal, kemampuan berhitung yang kuat adalah fondasi untuk keterampilan analitis dan pemecahan masalah yang lebih kompleks di masa depan.

krisis pendidikan anak sekolah

ADVERTISEMENTS



3.Gagal Menguasai Pengetahuan Umum yang Seharusnya Dikuasai

Krisis pendidikan anak sekolah juga bisa dilihat saat siswa kesulitan menjawab pertanyaan sederhana seperti “siapa presiden pertama Indonesia?”, “berapa jumlah provinsi?”, atau “apa ibu kota negara?”, itu bukan hanya soal lupa—tapi cerminan bahwa pelajaran tidak tertanam dengan baik. Menurut data survei UNICEF lewat U-Report, lebih dari 50% siswa mengaku tidak paham pelajaran IPS dan sejarah secara mendalam. Ini menunjukkan kegagalan sistem pendidikan dalam membuat pengetahuan dasar menjadi relevan dan melekat dalam kehidupan sehari-hari anak.

Hardiknas 2025 Krisis pendidikan anak sekolah

ADVERTISEMENTS



4.Kesenjangan Pendidikan Antar Daerah: Perbedaan Akses dan Kualitas

Kesenjangan antara daerah perkotaan dan pedesaan dalam hal akses dan kualitas pendidikan masih menjadi masalah utama dan tentunya menjadi salah satu penyebab krisis pendidikan anak sekolah yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Menurut laporan World Bank , hampir 30% anak-anak dengan disabilitas di Indonesia tidak memiliki akses ke pendidikan, dan banyak dari mereka yang sudah bersekolah masih kurang mendapatkan layanan yang memadai.

hardiknas krisis pendidikan kesenjangan

ADVERTISEMENTS



5. Efek Krisis Pasca-Pandemi, Siswa Siswi Kehilangan Pembelajaran yang Signifikan.

Pandemi COVID-19 telah memperburuk kondisi pendidikan di Indonesia. Studi dari World Bank mengungkapkan bahwa kehilangan pembelajaran akibat penutupan sekolah selama pandemi setara dengan sekitar 11 bulan kehilangan kemampuan bahasa dan matematika di kalangan siswa kelas empat. Dampak jangka panjang dari krisis ini memerlukan upaya pemulihan yang intensif.

Hardiknas belajar daring

Lalu bagaimana mengatasi krisis pendidikan ini? Mungkin beberapa langkah strategis ini perlu diambil

Cara Mengatasi Krisis Pendidikan

1. Peningkatan Kualitas Guru dengan Metode Pengajaran yang lebih efektif dan tepat sasaran.

Pelatihan dan pengembangan profesional bagi guru sangat penting untuk meningkatkan kualitas pengajaran. Kurikulum yang adaptif serta berbasis pada kebutuhan siswa harus diterapkan untuk memastikan relevansi materi ajar. Walaupun efeknya tidak langsung terasa di waktu singkat namun bisa di buktikan dalam jangka panjang.

2. Penyediaan Infrastruktur Pendidikan yang Merata

Pemerataan fasilitas pendidikan, termasuk akses ke teknologi dan bahan ajar, harus menjadi prioritas. Hal ini penting untuk mengurangi kesenjangan antara perkotaan dan pedesaan, di mana masih banyak desa-desa atau daerah terpencil yang hanya mendapatkan akses  seadanya.

3. Pemulihan Pembelajaran Pasca-Pandemi

Program remedial dan dukungan psikososial bagi siswa yang terdampak pandemi perlu diimplementasikan untuk mempercepat pemulihan pembelajaran. Namun, pendekatannya tak cukup hanya soal angka. Yang lebih penting adalah membangkitkan kembali semangat belajar siswa yang sempat redup akibat terlalu lama bergulat dengan dunia digital dan media sosial. Menurut laporan UNESCO Global Education Monitoring Report 2023, pemulihan pascapandemi harus mencakup intervensi yang menyeluruh—bukan hanya mengejar ketertinggalan akademik, tapi juga membangun kembali keterlibatan emosional siswa dalam proses belajar.​

4. Peningkatan Akses dan Kualitas Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus

Pendidikan inklusif harus diperkuat dengan menyediakan fasilitas dan layanan yang mendukung bagi anak-anak dengan disabilitas. Dengan begitu, pendidikan terasa lebih adil dan merata.

Di momen Peringatan Hardiknas 2 Mei 2025 ini, semoga menjadi momentum untuk pihak terkait mulai melakukan evaluasi dan perbaikan menyeluruh. Melalui kolaborasi antara pemerintah, pendidik, orang tua, serta kepedulian antar masyarakat, semoga harapan besar  mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan merata bagi seluruh anak bangsa bisa tercapai.

Yuk, mari bersama-sama berkomitmen untuk mendukung dan berkontribusi pada perbaikan sistem pendidikan di Indonesia. Setiap langkah kecil yang kita ambil hari ini akan menentukan masa depan generasi mendatang. Kalau bukan kita, siapa lagi yang peduli sama nasib pendidikan di negeri ini? Tak perlu menunggu jadi menteri atau ahli pendidikan dulu. Cukup mulai dari diri sendiri—misalnya, meluangkan waktu 15 menit saja setiap hari untuk baca buku, atau bantu adik, tetangga yang kesulitan belajar pelajaran dasar.

Waktu yang biasanya habis buat scroll medsos bisa dialihkan ke hal-hal yang bikin kita makin pintar atau membantu adik-adik sekitar gemar belajar. Ingat, masa depan bangsa ini bukan cuma tanggung jawab guru atau sekolah, tapi juga kita semua. Siap jadi bagian dari perubahan? Yuk, mulai hari ini, mulai dari yang kecil, dan mulai dari sekarang.


Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top